Yustina Afriana SInaga-0806319892, Father, you make me up.

Judul : Father, you make me up.

Durasi : 60 detik

Based on true story

Sinopsis :
Biasanya bagi seorang anak permpuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau diluar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya. Akan sering merasa kangen sekali dengan mamanya. Lalu bagaimana dengan papa? Hal ini mungkin karena mama lebih sering menelpon keadaan si anak setiap hari. Ternyata papalah yang selalu mengingatkan mama untuk menelpon si anak. Papa, ayah, bapak atau abah kita adalah sosok yang harus selalu tarlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak manangis. Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakan si anak. Dan dia adalah orang yang paling pertama yang selalu yakin bahwa “kamu bisa” dalam segala hal.

Story line :

Scene 1:
Berawal dari seorang mama yang selalu mendongengkan dan bercerita pada anakanya saat malam sebelum tidur. Ketika anak terlelap, dan papa pulang dari kerja dan menanyakan pada mama apa yang telah sang anak lakuukan seharian tadi. Saat anak masih seorang perempuan kecil papa akan mengajari si anak bersepeda, dan setelah papa menganggap si anak bisa, papa melepas roda bantu sepeda si anak. Kemudian mama bilang “ jangan dulu papa, jangan dilepas dulu roda bntunya”. Mama takut putrid manisnya jatuh dan terluka. Dalam hati papa yakin anak akan membiarkan si anak, menatap si anak, dan menjaga si anak mengayuh sepeda dengan seksama karena papa tahu pahwa putrid kecilnya pasti bisa.

Suatu siang si anak menangis merengek meminta boneka, dan si mama menatap si anak iba. Lalu papa berkata dengan tegas: “boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”. Papa melakukan itu karena papa tidak ingin si anak menjadi anak manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipnuhi.
Lalu saat si anak sakit pilek, papa yang telalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata “sudah dibilang! Kamu jangan minum air dingin”. Berbeda dengan mama yang memperhatikan dan menasehati si anak dengan lembut.

Scene 2 :
Ketika si anak beranjak remaja. Si anak mulai menuntut izin pada papa untuk dapat izin kaluar malam, dan papa bersikap tegas dan mengatakan :”tidak boleh!”. Papa melakukan itu untuk menjaga si anak. Lalu si anak marah pada papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Lalu mama datang mengetuk pintu dan mambujuk agar tidak marah. Saat itu papa memejamkan matanya dan Manahan gajolak dalam batinnya.

Lalu katika seorang cowo sering menelpon si anak, dan bahkan datang kerumah manemui si anak, papa memasang wajah paling cool sedunia. Papa sesekali menguping atau mengintip saat si anak mengobrol berdua di ruang tamu. Saat itu hati papa marasa cemburu.

Ketika si anak mulai lebih dipercaya dan papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah bagi si anak, ternyata si anak melanggar jam malamnya. Malam itu papa duduk diruang tamu, dan menunggu si anak pulang dengan hati yang sangat khawatir. Saat si anak pulang larut malam hati papa mengeras dan papa memarahi si anak. Saat itu, hal yang sangat ditakutkan papa akan segera datang, bahwa putrid kecilnya akan segera meninggalkan papa.

Scene 3 ;
Setelah si anak lilus SMA, papa sedikit memaksa si anak untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Di saat itu papa semata-mata hanya karena memikirkan masa depan si anak nanti. Tapi ketika keinginan si anak todak sesuai dengan keinginan papa, maka papa tetap tersenyum dan mendukung si anak.

Ketika si anak menjadi gadis dewasa dan si anak harus kuliah dikota lain papa harus melepas si anak di bandara. Saat itu badan papa terasa kaku untuk memeluk si anak. Papa hanya tersenyum ambil memberi nasihat ini-itu dan menyuruh si anak untuk barhati-hati. Saat itu mama menangis dan memeluk si anak erat-erat. Begitupun papa yang sangat ingin memeluk erat si anak tetapi hanya tertahan di dalam hati. Papa hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundak si anak dan berkata “jaga dirimu baik-baik ya sayang”. Papa melakukan semua agar si anak kuat, kuat untuk pergi menjadi dewasa.

Saat si anak butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupan si anak, papa mengerutkan keningnya. Karena papa pasti akan berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaan si anak bukan lagi sekedar meminta boneka baru dan papa tahu ia tidak bisa memberikan yang si anak inginkan padahal dalam batin papa, ia sangat ingin mengatakan “ia sayang, nanti papa belikan untukmu”. Saat itu papa merasa gagal membuat si anak terenyum.

Scene 4 :
Saat si anak di wisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untuk si anak. Papa tersenyum dengan bangga dan puas melihat putrid kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa dan telah menjadi seseorang.

Sampai suatu saat seorang teman lelaki si anak datang kerumah dan meminta izin pada papa untuk mengembil si anak darinya. Papa dengan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena papa tahu bahwa lelaki itu lah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya..

Saat papa melihat si anak duduk di panggung pelaminan bersama seorang lelaki yang dianggapnya pantas menggantikannya. Papa pun tersenyum bahagia. Saat itu, pada hari yang bahagia itu papa pergi kebelakang panggung sebentar dan menangis. Papa menagis karena papa sangat bahagia dan kemudia berdoa dalam hatinya dan berkata “ya Allah tugasku telah selesai dengan baik, putrid kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik, bahagiakanlah ia bersama suaminya”.

Scene 5 :
Pada akhirnya papa hanya bisa menggu kedatangan si anak bersama dengan cucu-cucunya yang sesekali datang menjenguk dengan rambut yang telah dan semakin memutih, dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjaga si anak dari bahaya. Papa telah menyelesaikan tugasnya.

Saat itu pula dimunculkan layar berwarna merah dengan highlight tag linenya yaitu :father, you make me up. Dan contact email yuzie_afbiana22@yahoo.com sebagai best of story line.

0 comments: