Storyline (Cindyramitha-0806463025)

Seorang gadis muda membuka mata, ia tak mengenal tempatnya berada. Matahari sudah tinggi, semuanya daun, semak belukar, dan suara aneh. Ia berdiri, masih bingung di tempat apakah ia berada.


Muncul seorang lelaki paruh baya dari semak belukar, berbicara bahasa aneh kepada gadis tersebut. Gadis itu bingung, berusaha menanggapi lelaki itu, namun lelaki itu marah. Raut wajahnya berkerut dan nada suaranya meninggi. Takut dan khawatir dengan keselamatannya, gadis itu mundur dengan cepat dan membentur benda keras. Ketika ia lihat, ia membentur pintu. Lalu ia membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya.


Kali ini ia melihat wastafel dan beberapa bilik toilet. Terdengar suara air mengucur dan dua orang gadis remaja berseragam berbincang semangat. Masih dengan bahasa si lelaki paruh baya yang ia dengar di hutan tadi. Dengan penuh tekad, sang gadis menghampiri kedua gadis remaja itu dan menepuk bahu salah satu gadis tersebut. Sang gadis bertanya di tempat apa ia berada. Remaja tersebut hanya melirik dan pergi keluar toilet. Penasaran, sang gadis mengikuti kedua remaja tersebut keluar toilet.


Suara riuh rendah dengan bahasa aneh tersebut memekakkan telinga menganggu sang gadis. Ia berada di suatu stadion. Penuh berisi pria, wanita, dan anak-anak yang mendukung suatu tim. Sang gadis bingung, ia terdorong – dorong orang yang lalu lalang orang yang memakai baju biru. Beberapa orang meneriakinya dengan bahasa yang tadi ia dengar sebelumnya, bahkan mendorongnya kasar. Sang gadis berlari ke pintu ia masuk, tapi terkunci. Ia tak bisa kembali. Seorang anak kecil laki-laki menariknya pergi, masuk meluncur ke dalam lubang di pinggir pintu.


Sang gadis terhempas ke sofa. Dihadapannya duduk anak kecil tadi dan ibunya. Anak tersebut memegang buku tebal dan lampu pijar. Anak kecil dan ibunya mulai berbicara kepada sang gadis dengan nada ramah menggunakan bahasa aneh. Sang gadis berusaha menanggapi dan meminta bantuan. Si anak kecil memberikan buku dan lampu pijarnya. Sang gadis mulai membuka dan membaca. Tertulis segala tulisan yang ia tak mengerti maknanya. Anak kecil dan ibunya menuntun sang gadis untuk belajar. Semakin lama, kepala sang gadis mulai sakit, tapi ia tetap belajar. Sakit.. Tak tertahankan, kemudian.... gelap.


Sang gadis membuka mata. Ia kembali ke semak belukar, bertemu dengan lelaki paruh baya yang berusaha mengajaknya bicara. Kini ia bisa berbicara dengan lelaki itu, ia bisa berbicara dengan kedua remaja di toilet, dan ikut bergembira bersama pendukung tim biru di stadion.


Tekad untuk belajar dan menghadapi masalah.
Cindyramitha.
cindyramitha@gmail.com

0 comments: