video maaf buat mama - fara ramadhina 0806346054

(based on my true story)
Sudut pandang orang pertama, jadi yang nonton video ini kayak ngeliat dari mata tokoh utama. 
*Pandangan = lensa kamera yang selalu diatur tingkat blur nya.

Scene 1 : screen hitam dengan tulisan putih “Teteh jangan naik, bahaya!”

Saya bangun di perahu kecil di sungai Batu Karas, saya ngeliat batu besar dan tinggi di depan, setinggi 5-6 meter, abang yang nyetir perahunya bilang “bisa loncat dari sana”. Pandangan saya masih rada kabur. Mama bilang “Teteh jangan nyoba yang engga-engga deh ya” pandangan saya agak menjelas terus entah kenapa tanpa mikir sama sekali saya langsung turun dari kapal, berenang kesana, terus manjat karang batu itu. Saya sempat terpeleset dan hampir jatuh dan bisa nabrak karang-karang dibawah, yang lebih pendek, yang akhirnya mungkin aja mati kali. Kemudian saat udah sampai di atas, orang-orang pada ngeliatin terus ada yang bilang “itu yang manjat cewe tuh”. Sepersekian detik kemudian saya ambil ancang-ancang terus loncat ke sungai. Iya saya loncat. Sendiri. Duh.
*Fade out to 100% darkness.

Scene 2 : screen hitam dengan tulisan putih “Teteh jangan berangkat ah, bahaya!”

Saya lagi jalan di terminal Senen siang-siang, abis belanja banyak barang sendirian. Napas udah terengah-engah, panas terik, capek. Tiba-tiba seorang laki-laki di depan saya, bener-bener persis cuma beda tidak sampai satu meter dari saya, kaki dan tangannya disergap oleh beberapa laki-laki yang tiba-tiba lari mendekat dari empat arah terminal. Sepersekian detik saya butuh waktu buat menyadari apa yang lagi terjadi di dunia nyata di depan mata saya ini, pandangan saya semakin jelas, abis itu saya lari sekencang-kencangnya saya pernah lari sambil baca doa sekhusyuk-khusyuknya saya pernah doa. Sayup-sayup saya dengar suara perempuan teriak-teriak, minta tolong atau gimana agak ngga jelas juga, terus riuh. Mau menengok tapi ah saya tidak perlu nengok ke belakang juga kali ya. Akhirnya saya naik kopaja P20 di antrian bis paling depan, duduk di belakang supir. Kenapa saya bisa disini ya? Sendiri. Duh.
*Fade out to 100% darkness.

Scene 3 : screen hitam dengan tulisan putih “Teteh jangan main sama anak-anak gak bener ya, bahaya!”

Saya bangun dari tidur lumayan lelap di kamar seorang teman. Lampu kamarnya neon merah, dan banyak lampu natal kecil kelap-kelip menjuntai dari ujung langit-langit kamar ke ujung lainnya tidak beraturan. Terdengar banyak suara-suara orang tidak jelas, bergumam, terdengar mengobrol tapi saya juga tidak menangkap kata-katanya karena masih setengah sadar. Saya bangkit terduduk, melihat sekeliling. Tembok penuh graffiti, pintu kamar mandi suram, gitar, sarung keyboard dan amplifier. Baunya aneh. Pandangan saya menjelas. Kira-kira satu meter dari tempat saya tidur, ada beberapa orang yang tidak saya kenal sedang melinting ganja. Entah kenapa tanpa mikir sama sekali, saya jalan-jalan aneh di kamar aneh dengan bau aneh dalam suasana yang aneh ini. Kemudian saya jalan keluar kamar. Riuh. Di garasi halaman rumah ini memang sedang digelar small gig, baunya bermacam-macam. Bau asap rokok, bau minuman keras, bau ganja, bau badan. Hampir semua orang disini pake baju warna gelap, warna hitam, lalu lalang. Saya memakai baju bergambar panda besar dengan tulisan WWF, sama cardigan warna oranye. Saya masuk kamar absurd itu lagi terus mikir, kenapa saya bisa bangun disini ya? Sendiri. Duh.
*Fade out to 100% darkness.

Scene 3 : screen hitam dengan tulisan putih
“Maaf ya Mama, Teteh suka ngga mikir dulu, tapi kalo udah kejadian, pasti Teteh ambil hikmahnya kok, yang penting sampai sekarang Teteh masih sehat walafiat kan. Kata detergen aja berani kotor itu baik, Ma. Kalo mau tau buka diary Teteh fararamadhina.blogspot.com ya Ma tapi jangan marah. Cup.”

I live I take risk and I learn.
fararamadhina.blogspot.com

0 comments: